Sabtu, 19 November 2011

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

PENDAHULUAN

Dalam praktek sehari-hari, seorang diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin kedua adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.

Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama.

Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.

Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan Informal

Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada diangkat dalam jabatan kepemimpinan.

Polo kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh bawahan.

Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan nyata.

Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada struktur organisasi.

Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan "memikat" hati orang lain.

2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain.

3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.

4. Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional.

5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.

Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.

Seorang pemimpin harus mencapai serta mampertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.

Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non pemimpin.

Pemimpin:

1. Memberikan inspirasi kepada bawahan

2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan

3. Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan

4. Menerima kewajiban-kewajiban

5. Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan.

Non Pemimpinan :

1. Memberikan dorongan kepada bawahan

2. Menyelesaikan pekerjaan dan mongorbankan bawahan

3. Menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman.

4. Melimpahkan kewajiban kepada orang lain.

5. Melimpahkan kesalahan kepada orang lain dengan apabila terdapat kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan.

LANDASAN TEORI

Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :

1. Tipe pemimpin otokratis

2. Tipe pemimpin militoristis

3. Tipe pemimpin paternalistis

4. Tipe pemimpin karismatis

5. Tipe pomimpin demokratis

1. Tipe pemimpin demokratis

Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.

Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :

a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi

b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.

e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal

f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.

2. Tipe kepemimpinan militeristis

Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.

b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.

c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan

e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan

f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3. Tipe pemimpin fathernalistis

Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.

Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.

b) Bersikap terlalu melindungi bawahan

c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.

d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.

e) Sering menganggap dirinya maha tau.

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

4. Tipe kepemimpinan karismatis

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan

mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

5. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.

Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.

2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.

3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.

4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.

5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.

6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.

7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

8. Dan sebagainya.

Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

PEMBAHASAN

Untuk menjadi pemimpin yang baik tidaklah mudah. Pemimpin harus bisa mengayomi anggota-anggotanya untuk tetap bisa kompak sehingga bisa mencapai tujuan yang telah disepakatkan. Kemampuan pemimpin dalam memimpin juga harus dipertimbangkan. Berikut adalah syarat untuk mencapai pemimpin yang baik, beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :

a) Pendidikan umum yang luas.

b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.

c) Kemampuan berkembang secara mental

d) Ingin tahu

e) Kemampuan analistis

f) Memiliki daya ingat yang kuat

g) Mempunyai kapasitas integratif

sumber:

http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-friska.pdf

Minggu, 23 Oktober 2011

KONFLIK INTRA KELOMPOK

PENDAHULUAN

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk kumpulan manusia dengan ikatan-ikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu, maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan kompleksitas.

Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya.

Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat diidentifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.

Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.

Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.

Kelompok dapat diartikan dengan interkasi dua orang atau lebih. Tetapi keberadaan kelompok tidak sesimpel diartikan seperti itu. Mereka anggota kelompok harus mempunyai visi dan misi yang sama serta saling tergantung satu sama lain.

Kelompok berbeda dengan gerombolan atau massa. Berikut adalah hal-hal yang membedakan kelompok dan massa:

1. Interaksi

Interaksi dapat mempengaruhi satu dengan yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara verbal maupun non verbal. Berbeda dengan massa yang pertemuannya hanya insidental(tidak sengaja).

2. Tujuan

Sebuah kelompok harus memiliki tujuan yang sama. Faktor ini sangan kuat sebagai pemersatu kelompok. Massa mungkin dayang karenana kesamaan tujuan tetapi bukan tujuan bersama.

3. Struktur

Struktur adalah pola hubungann yang baku antar kelompok yang berarti adanya:

a. Peran dari masing-masing anggota kelompok yang berkaitan dengan posisi dalam kelompok. Sebuah kelompom pasti memiliki koordinatoa atau kelompok derta anggota dengan jabatan sesuai dengan kompetensinya.

b. Norma adalah aturan yang mengatur perilaku anggota kelompok. Norma bisa tertulis maupun tidak tertulis.

4. Groupness

Kelompok merupakan satu kesatuan yang tak bisa saling lepas satu dengan yang lainnya (interpedensi).


LANDASAN TEORI

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berari saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaam ciri-ciri yang dibawa individu dalam satu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Denagn diwasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi, sedangkan integrasi yang tidak berjalan dengan baik akan menghasilkan konflik.


PEMBAHASAN

Suatu kelompok dapat mengalam konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik subtantif.


Problem dalam Kelompok, & Solusinya
Dalam sebuah kelompok tidak selalu berjalan indah sesuai dengan apa yang dinginkan oleh seseorang saja. Beberapa masalah sangat mungkin akan muncul. Sehingga tak jarang kita mendengar ada kelompok yang bubar. Hanya kelompok dan individu yang mempu menyelesaikannya lah yang akan tetap bertahan dalam masyarakat. Berikut ini akan dibahas secara singkat beberapa masalah yang sering muncul dalam sebuah kelompok. Serta disertai penanganannya.
1.Konflik Kepentingan
Konflik dapat didefinisikan saling serang antara satu fihak dengan fihak yang lain. dalam kehidupan berkelompok, tak jarang konflik dianggap sebagai hal yang wajar terjadi. Tetapi jika konflik tak kunjung teratasi dan membesar kemudian disertai intrik kotor yang akan menghancurkan kelompok tersebut. Secara garis besar konflik terbagi atas dua macam yaitu konflik antar kelompok dan konflik antar anggota dalam kelompok.

Penyebab konflik
1). Persaingan, setiap anggota masuk ke dalam kelompok membawa kepentingan pribadinya. Kepentingan pribadi ini akan berbenturan dengan kepentingan anggota yang lain. pada titik inilah perpotensi munculnya konflik intra kelompok.
2). Kurangnya Sumberdaya, sumberdaya dalam hal ini meliputi sumber daya manusia dan atau sumber daya alam. Semakin minim sember daya di sebuah kawasan maka akan semakin meningkatkan persaingan dan akan sangat petensial meningkarkan intensitas konflik dalam kelompok atau antar kelompok.
3). Kategorisasi sosial. perbedaan nilai, tujuan, status sosial, kelas, dan identitas sosial akan memicu stereotip dan prasangka. Sebuah masalah yang kecil akan mudah membakar amarah seseorang jika di alami oleh orang yang berbeda identitas sosial.
4). Agresifitas kelompok, beberapa kelompok mempunyai kerakter kelompok yang agresif sehingga kelompok seperti ini sering menggunakan pendekatan kekerasan jika melihat sesuatu yang berbeda dengan nilai atau norma kelompoknya.

Akibat adanya Konflik.
Berikut ini berapa akibat munculnya konflik. Baik konflik antar kelompok maupun konflik intra kelompok:
1)Kohesifitas kelompok meningkat pada kelompok yang berkonflik dengan kelompok lain.
2)Kinerja kelompok meningkat.
3)Meningkatnya prasangka terhadap kelompok lain.
4)Berubahnya pola kepemimpinan.
5)Berkurangnya rasa aman.
6)Kecenderungan mencari “kambing hitam” bagi pihak yang kalah.
Poin-poin di atas adalah sebagian efek dari munculnya konflik terhadap kelompok, yang menunjukkan bahwa konflik tidak selalu memberikan dampak buruk bagi kelompok. tetapi jika kelompok tersebut tidak bisa mengendalikan konflik maka tak ayal sebuah kelompok akan hancur.

Solusi Konflik
1)Negosiasi
Negosiasi menjadi tawaran utama dalam konflik, mengingat pemicu konflik umumnya adalah perbedaan nilai dan self interest, untuk itu kedua belah pihak perlu duduk bersama membicarakan penyelesaian dengan azaz win-win solution.

2)Super ordinat goal (membuat tujuan bersama)
Membuat tujuan bersama, terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Sherif, dimana kelompok yang saling berseteru akan bisa bersatu untuk mencapapi tujuan bersama. Contoh nyata kita bisa menyaksikan bagaimana bersatunya suporter-suporter Indonesia ketika mendukung timnas Indonesia, padahal kita tahu bahwa sering terjadi tawuran antar suporter ketika mereka mendukung tim mereka masing-masing.

3)Peningkatan keadilan dalam kelompok
Sebagai preventif pencegahan konflik antar anggota dalam kelompok, maka perlu diciptakan suatu pola yang menjunjung keadilan dalam kelompok. Dalam konsep organizational justice dikenal dengan tiga prinsip keadilan yaitu pertama; keadilan distributif yaitu sejauh mana sumber daya atau alokasi seperti gaji, atau keuntungan dibagi secara adil. Prinsip keadilan yang kedua adalah keadilan prosedural, yaitu sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa prosedur yang ada di kelompok tersebut diputuskan dan diberlakukan secara adil. Misalnya bagaimana apakah aturan tersebut muncul dari bawahan, apakah orang yang merumuskan aturan terpercaya secara moral dll. Prinsip keadilah ketiga adalah keadilan interaksional yaitu sejauh mana anggota merasa diperlakukan dalam interaksinya dengan atasan maupun anggota lainnya secara adil, misalnya di jenguk ketika sakit, disapa dll.

4)Silaturrahim
Dalam ajaran Islam telah dianjurkan untuk menyambung persaudaraan (silaturrahim). Secara psikologis kegiatan ini banyak manfaatnya, antara lain akan saling mengenal dan mereduksi prasangka. Prasangka banyak muncul karena ada salah komunikasi dan tidak saling mengenal maka media silaturrahim ini sangat tepat untuk membangun image individu dalam pikiran orang lain.

KESIMPULAN

Kemampuan menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi.

Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.

Sumber:

http://2mulyantoscout.blogspot.com/2009/01/pembentukan-dinamika-kelompok.html

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juanita3.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik