Minggu, 23 Oktober 2011

KONFLIK INTRA KELOMPOK

PENDAHULUAN

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk kumpulan manusia dengan ikatan-ikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu, maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan kompleksitas.

Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya.

Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat diidentifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.

Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.

Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.

Kelompok dapat diartikan dengan interkasi dua orang atau lebih. Tetapi keberadaan kelompok tidak sesimpel diartikan seperti itu. Mereka anggota kelompok harus mempunyai visi dan misi yang sama serta saling tergantung satu sama lain.

Kelompok berbeda dengan gerombolan atau massa. Berikut adalah hal-hal yang membedakan kelompok dan massa:

1. Interaksi

Interaksi dapat mempengaruhi satu dengan yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara verbal maupun non verbal. Berbeda dengan massa yang pertemuannya hanya insidental(tidak sengaja).

2. Tujuan

Sebuah kelompok harus memiliki tujuan yang sama. Faktor ini sangan kuat sebagai pemersatu kelompok. Massa mungkin dayang karenana kesamaan tujuan tetapi bukan tujuan bersama.

3. Struktur

Struktur adalah pola hubungann yang baku antar kelompok yang berarti adanya:

a. Peran dari masing-masing anggota kelompok yang berkaitan dengan posisi dalam kelompok. Sebuah kelompom pasti memiliki koordinatoa atau kelompok derta anggota dengan jabatan sesuai dengan kompetensinya.

b. Norma adalah aturan yang mengatur perilaku anggota kelompok. Norma bisa tertulis maupun tidak tertulis.

4. Groupness

Kelompok merupakan satu kesatuan yang tak bisa saling lepas satu dengan yang lainnya (interpedensi).


LANDASAN TEORI

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berari saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaam ciri-ciri yang dibawa individu dalam satu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Denagn diwasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi, sedangkan integrasi yang tidak berjalan dengan baik akan menghasilkan konflik.


PEMBAHASAN

Suatu kelompok dapat mengalam konflik subtantif atau konflik afektif. Konflik subtantif adalah konflik yang terjadi karena latar belakang keahlian yang berbeda. Jika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama dikatakan kelompok tersebut mengalami konflik subtantif.


Problem dalam Kelompok, & Solusinya
Dalam sebuah kelompok tidak selalu berjalan indah sesuai dengan apa yang dinginkan oleh seseorang saja. Beberapa masalah sangat mungkin akan muncul. Sehingga tak jarang kita mendengar ada kelompok yang bubar. Hanya kelompok dan individu yang mempu menyelesaikannya lah yang akan tetap bertahan dalam masyarakat. Berikut ini akan dibahas secara singkat beberapa masalah yang sering muncul dalam sebuah kelompok. Serta disertai penanganannya.
1.Konflik Kepentingan
Konflik dapat didefinisikan saling serang antara satu fihak dengan fihak yang lain. dalam kehidupan berkelompok, tak jarang konflik dianggap sebagai hal yang wajar terjadi. Tetapi jika konflik tak kunjung teratasi dan membesar kemudian disertai intrik kotor yang akan menghancurkan kelompok tersebut. Secara garis besar konflik terbagi atas dua macam yaitu konflik antar kelompok dan konflik antar anggota dalam kelompok.

Penyebab konflik
1). Persaingan, setiap anggota masuk ke dalam kelompok membawa kepentingan pribadinya. Kepentingan pribadi ini akan berbenturan dengan kepentingan anggota yang lain. pada titik inilah perpotensi munculnya konflik intra kelompok.
2). Kurangnya Sumberdaya, sumberdaya dalam hal ini meliputi sumber daya manusia dan atau sumber daya alam. Semakin minim sember daya di sebuah kawasan maka akan semakin meningkatkan persaingan dan akan sangat petensial meningkarkan intensitas konflik dalam kelompok atau antar kelompok.
3). Kategorisasi sosial. perbedaan nilai, tujuan, status sosial, kelas, dan identitas sosial akan memicu stereotip dan prasangka. Sebuah masalah yang kecil akan mudah membakar amarah seseorang jika di alami oleh orang yang berbeda identitas sosial.
4). Agresifitas kelompok, beberapa kelompok mempunyai kerakter kelompok yang agresif sehingga kelompok seperti ini sering menggunakan pendekatan kekerasan jika melihat sesuatu yang berbeda dengan nilai atau norma kelompoknya.

Akibat adanya Konflik.
Berikut ini berapa akibat munculnya konflik. Baik konflik antar kelompok maupun konflik intra kelompok:
1)Kohesifitas kelompok meningkat pada kelompok yang berkonflik dengan kelompok lain.
2)Kinerja kelompok meningkat.
3)Meningkatnya prasangka terhadap kelompok lain.
4)Berubahnya pola kepemimpinan.
5)Berkurangnya rasa aman.
6)Kecenderungan mencari “kambing hitam” bagi pihak yang kalah.
Poin-poin di atas adalah sebagian efek dari munculnya konflik terhadap kelompok, yang menunjukkan bahwa konflik tidak selalu memberikan dampak buruk bagi kelompok. tetapi jika kelompok tersebut tidak bisa mengendalikan konflik maka tak ayal sebuah kelompok akan hancur.

Solusi Konflik
1)Negosiasi
Negosiasi menjadi tawaran utama dalam konflik, mengingat pemicu konflik umumnya adalah perbedaan nilai dan self interest, untuk itu kedua belah pihak perlu duduk bersama membicarakan penyelesaian dengan azaz win-win solution.

2)Super ordinat goal (membuat tujuan bersama)
Membuat tujuan bersama, terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Sherif, dimana kelompok yang saling berseteru akan bisa bersatu untuk mencapapi tujuan bersama. Contoh nyata kita bisa menyaksikan bagaimana bersatunya suporter-suporter Indonesia ketika mendukung timnas Indonesia, padahal kita tahu bahwa sering terjadi tawuran antar suporter ketika mereka mendukung tim mereka masing-masing.

3)Peningkatan keadilan dalam kelompok
Sebagai preventif pencegahan konflik antar anggota dalam kelompok, maka perlu diciptakan suatu pola yang menjunjung keadilan dalam kelompok. Dalam konsep organizational justice dikenal dengan tiga prinsip keadilan yaitu pertama; keadilan distributif yaitu sejauh mana sumber daya atau alokasi seperti gaji, atau keuntungan dibagi secara adil. Prinsip keadilan yang kedua adalah keadilan prosedural, yaitu sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa prosedur yang ada di kelompok tersebut diputuskan dan diberlakukan secara adil. Misalnya bagaimana apakah aturan tersebut muncul dari bawahan, apakah orang yang merumuskan aturan terpercaya secara moral dll. Prinsip keadilah ketiga adalah keadilan interaksional yaitu sejauh mana anggota merasa diperlakukan dalam interaksinya dengan atasan maupun anggota lainnya secara adil, misalnya di jenguk ketika sakit, disapa dll.

4)Silaturrahim
Dalam ajaran Islam telah dianjurkan untuk menyambung persaudaraan (silaturrahim). Secara psikologis kegiatan ini banyak manfaatnya, antara lain akan saling mengenal dan mereduksi prasangka. Prasangka banyak muncul karena ada salah komunikasi dan tidak saling mengenal maka media silaturrahim ini sangat tepat untuk membangun image individu dalam pikiran orang lain.

KESIMPULAN

Kemampuan menangani konflik tentang terutama yang menduduki jabatan pimpinan. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi.

Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpianannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri.

Sumber:

http://2mulyantoscout.blogspot.com/2009/01/pembentukan-dinamika-kelompok.html

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juanita3.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Sabtu, 08 Oktober 2011

ORGANISASI

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dang mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sutu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusai untuk hidup dalam berorganisasi.

Organisasi sendiri merupakan suatu kelompok orang pada suatu wadah untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Suatu organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan keberadaannya kepada masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi yang baik kepada lingkungan sekitarnya.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif dan teratur.

Agar dapat berinteraksi secara efektif di suatu organisasi suatu individu harus bisa berpartisipasi. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

LANDASAN TEORI

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.

Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.

CIRI-CIRI ORGANISASI NIRLABA

1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

PEMBAHASAN

Dari sekian banyak organisasi yang ada di Indonesia, dapat kita ambil contoh kecil dari organisasi tersebut. Suatu organisasi kecil yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah, yaitu OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).

Secara sistematis kepanjangan OSIS terdiri dari: Organisasi, Siswa, Intra dan Sekolah. Masing-masing mempunyai pengertian:

Organisasi secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan satua atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinan kesiswaan.

Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Intra berarti terletak di dalam dan di antara. Sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

Sekolah adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dang berkesinambungan.

Setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian/alat dari organisasi yang ada di luar sekolah. Secara organisasi OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi yang sah di sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah wajib membentuk OSIS.

Sebagai suatu organisasi OSIS perlu pula memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan agar organisasi ini tetap hidup dalam arti tetap memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perkembangan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar OSIS tetap eksis yaitu:
1. Sumber daya
2. Efisiensi
3. Koordinasi kegiatan sejalan dengan tujuan
4. Pembaharuan
5. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar
6. Pengaruh fungsi dan peranan seluruh komponen

Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah:

Sebagai Wadah. OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah, harus selalu bersama-sama denan jalur yang lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala.

Sebagai Pengerak/motivator. Adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan. Semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS harus tampil sebagai penggerak apabila para pembina berhalangan, pengurus mampu membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu: menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan, dan yang paling penting memberikan kepuasan terhadap anggota.

Peranan yang bersifat preventif. Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapa memenggerakan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan. Dengan denikian secara preventif OSIS berhasil ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebig dahulu harus dapat diwujudkan.

Melalui peranan OSIS tersebut dapat ditarik beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan nila-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air.

c. Meningkatkan kepribadian dan budi perketi luhur.

d. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan.

e. Menigkatkan ketrampilan, kemmandirian dan kepercayaan diri.

f. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi seni.

Tujuan OSIS

OSIS merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan menyalurkan kreatifitas baik melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler dalam menunjang tercapainya keberhasilan kegiatan kurikuler bertujuan meningkatkan peran serta inisiatif siswa untuk:

a. Mempertebal ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjaga dan menciptakan sekolah sebagai Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) agar terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional sehingga terciptanya suasana kehidupan belajar mengajar yang efektif dan efisian, serta tertanamnya rasa hormat dan cinta tehadap orang tua, guru dan almamater di kalangan siswa.

c. Menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa agar dapat menjunjung tinggi nilai kebudayaan

d. Meningkatkan persepsi, apresiasi dan kreasi seni dalam rangka tercapainya keselarasan dan keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan batiniah

Masalah – masalah yang timbul dalam OSIS

Dalam suatu organisasi tentu tidak luput dari suatu masalah. Masalah yang sering timbul dalam suatu organisasi adalah perbedaan pendapat dalam mengambil suatu keputusan. Maklum saja kejadian berbeda pendapat ini sering tejadi, karena dalam suatu organisasi pasti dinaungi oleh banyak orang yang berbeda pikiran dan tentu saja berbeda pendapat.

Disinilah tugas ketua OSIS sebagai pemimpin tertinggi dalam organisasi tersebut untuk mengambil jalan keluar. Ketua OSIS harus bisa mengambil keputusan apapun masalahnya. Untuk itu ketua OSIS dituntut harus tegas, tidak memihak, dapat mengendalikan situasi jika ada perdebatan serius dan harus bisa merangkul tiap anggotanya agar bisa bersama-sama menjalankan tugas dari OSIS tersebut.

KESIMPULAN

Organisasi bisa dibilang penting bagi kehidupan kita. Karena dalam organisasi kita bisa belajar dalam berorganisasi, menjadi pemimpin dan berinterkasi dengan manusia lainnya.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

http://www.smpnesco.com/2011/01/pengertian-dan-peranan-osis.html

http://www.scribd.com/doc/23711066/Pengertian-Dan-Peranan-Osis

http://ihsanfaridmd.wordpress.com/2010/10/25/organisasi-nirlaba/

http://alfinaoctora.blogspot.com/