Novel
ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Nidah Kirani, perempuan asli
dari Gunung Kidul. Nidah Kirani adalah seorang muslimah yang sangat taat.
Sehari-hari dia memakai baju yang tertutup dengan jilbab yang lebar. Dia tidak
pernah meninggalkan sholat dan membaca Al-Quran.
Semangatnya dalam
beragama membuat Nidah pindah dari satu organisasi islam ke organisasi islam
lainnya. Dia ingin mempelajari islam lebih dalam lagi. Sampai pada suatu saat
di sebuah organisasi Nidah menemukan kekecewaannya terhadap islam. Sekian lama
ia bergabung dengan organisasi tersebut Budah merasa tidak ada kemajuan. Sejak
itu lah Nidah merasa dibohongi oleh Tuhannya sendiri. Ia melampiaskan
kekecewaanya dengan hal-hal yang bertentangan dari islam. Ia mulai merokok,
minum minuman keras sampai seks bebas. Dan pertahanan diri yang lemah
mendorongnya untuk memenuhi hasrat nafsu manusiawinya, bercinta, dan bersetubuh
dengan dalih pemberontakan.
Hal ini makin membuat Nidah kecewa. Karena
ternyata tampang lahiriah tidak menjamin sifat asli seseorang, terbukti
pria-pria yang telah menidurinya adalah orang-orang yang terhormat. Seorang
ustad, menidurinya, seniman menidurinya sampai seorang aktivis juga telah
menidurinya. Dalam hati kepercayaannya terhadap laki-laki, cinta dan pernikahan
menjadi nihil. Dan dengan perasaan kecewa, marah dan kesal ia berusaha bangkit
dan tak mau kalah dalam mencari pembenaran-pembenaran.
Nidah
Kirani sebenarnya adalah wanita yang berani. Ia berani dalam memilih jalan yang
dia dambakan. Dia berani mentaati segala peraturan iblis penuh dengan
kesetiaan. Keberanian dan kesetiannya itulah yang patut kita contoh dalam
menjalani kehidupan, khususnya kehidupan beragama kita dalam mentaati islam.
Novel
ini memang menghadirkan sesuatu secara negatif, tapi bagi pembaca yang
bijaksana bisa menjadikan ini sebuah pelajaran moral agar kita tidak menjadi
sang muslimah yang salah jalan. Bukannya menghujat novel ini sebagai perusak
Islam. Di dalam novel ini, penulis hanya ingin menunjukkan individu-individu
seperti apa yang bisa menyebabkan Islam tercoreng.
Membaca
novel ini seperti sedang menelanjangi diri kita sendiri. Banyak hal yang dibawa
tokoh Nidah Kirani ada dalam kehidupan kita. Jadi, sebenarnya moral manusia
bukanlah tergantung dari agamanya tetapi tergantung dari pikiran manusia itu
sendiri. Mungkin dalam satu sisi novel ini menyimpang kearah negatif tetapi
jika dilihat dari sisi lain novel ini juga bisa membawa pengaruh positif pagi
pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar